Kota Bogor adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 59 km² di sebelah Selatan DKI Jakarta, dan posisi wilayahnya berada di tengah-tengah Kabupaten Bogor. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Bogor sebanyak 1.075.457 jiwa, dengan kepadatan 9.075 jiwa/km2.[1]
Bogor dikenal dengan julukan Kota Hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 68 kelurahan. Pada masa Kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg yang berarti tanpa kecemasan atau aman tenteram.
Hari Jadi Kota Bogor dan Kabupaten Bogor diperingati setiap tanggal 3 Juni, karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Kerajaan Tarumanegara[sunting | sunting sumber]
Kota Bogor dulunya adalah tempat berdirinya Kerajaan Tarumanagara di abad ke-5. Beberapa kerajaan lainnya lalu memilih untuk bermukim di tempat yang sama dikarenakan daerah pegunungannya yang secara alamiah membuat lokasi ini mudah untuk bertahan terhadap ancaman serangan, dan di saat yang sama adalah daerah yang subur serta memiliki akses yang mudah pada sentra-sentra perdagangan saat itu.[butuh rujukan]
Kerajaan Sunda[sunting | sunting sumber]
Di antara prasasti-prasasti yang ditemukan di Kota Bogor tentang kerajaan silam, salah satu prasasti tahun 1533 menceritakan kekuasaan Prabu Surawisesa dari Kerajaan Sunda. Prasasti ini dipercayai memiliki kekuatan gaib dan keramat, sehingga dilestarikan sampai sekarang.[butuh rujukan]
Kerajaan Sunda yang memiliki ibukota di Pajajaran diyakini terletak di Kota Bogor, dan menjadi pusat pemerintahan Prabu Siliwangi yang dinobatkan pada 3 Juni 1482. Hari penobatannya ini diresmikan sebagai Hari Jadi Kota Bogor dan Kabupaten Bogor pada tahun 1973 dan diperingati setiap tahunnya hingga saat ini.
Zaman Kolonial Belanda[sunting | sunting sumber]
Setelah penyerbuan tentara Banten, catatan mengenai Kota Pakuan hilang, dan baru ditemukan kembali oleh ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeeck pada tahun 1687. Mereka melakukan penelitian atas Prasasti Batutulis dan beberapa situs lainnya, dan menyimpulkan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran terletak di Kota Bogor.[butuh rujukan]
Pada tahun 1745, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff membangun Istana Bogor seiring dengan pembangunan Jalan Raya Daendels yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor. Bogor direncanakan sebagai sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal. Dengan pembangunan-pembangunan ini, wilayah Bogor pun mulai berkembang.
Setahun kemudian, van Imhoff menggabungkan 9 distrik (Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga, dan Kampung Baru) ke dalam satu pemerintahan yang disebut Regentschap Kampung Baru Buitenzorg.
Di kawasan itu van Imhoff kemudian membangun sebuah Istana Gubernur Jenderal. Dalam perkembangan berikutnya, nama Buitenzorg dipakai untuk menunjuk wilayah Puncak, Telaga Warna, Megamendung, Ciliwung, Muara Cihideung, hingga puncak Gunung Salak, dan puncak Gunung Gede.
Pada masa pendudukan Inggris, yang menjadi Gubernur Jendralnya adalah Thomas Stamford Raffles, beliau cukup berjasa dalam mengembangkan Kota Bogor, dimana Istana Bogor direnofasi dan sebagian tanahnya dijadikan Kebun Raya (Botanical Garden), beliau juga memperkejakan seorang Planner yang bernama Carsens yang menata Bogor sebagai tempat peristirahatan yang dikenal dengan Buitenzorg.
Pada tahun 1903, terbit Undang-undang Desentralisasi yang bertujuan menghapus sistem pemerintahan tradisional diganti dengan sistem administrasi pemerintahan modern sebagai realisasinya dibentuk Staadsgemeente diantaranya adalah.
1. Gemeente Batavia ( S. 1903 No.204 )
2. Gemeente Meester Cornelis ( S. 1905 No.206 )
3. Gemeente Buitenzoorg ( S. 1905 No.208 )
4. Gemeente Bandoeng ( S. 1906 No.121 )
5. Gemeente Cirebon ( S. 1905 No.122 )
6. Gemeente Soekabumi ( S. 1914 No.310 )
(Regerings-Almanak Voor Nederlandsch Indie 1928 : 746-748)
Pembentukan Gemeente tersebut bukan untuk kepentingan penduduk Pribumi tetapi untuk kepentingan orang-orang Belanda dan masyarakat Golongan Eropa dan yang dipersamakan (yang menjadi Burgermeester atau Walikota dari Staatsgemeente Buitenzoorg selalu orang-orang Belanda dan baru tahun 1940 diduduki oleh orang Bumiputra yaitu Mr. Soebroto).
Pada tahun 1922 sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap peran desentralisasi yang ada, maka terbentuklah Bestuursher Voorings Ordonantie atau Undang-undang perubahan tata Pemerintahan Negeri Hindia Belanda (Staatsblad 1922 No. 216), sehinga pada tahun 1922 terbentuklah Regentschaps Ordonantie (Ordonantie Kabupaten) yang membuat ketentuan-ketentuan daerah Otonomi Kabupaten (Staatsblad 1925 No. 79).
Provinsi Jawa Barat dibentuk pada tahun 1925 (Staatsblad 1924 No. 378 bij Propince West Java) yang terdiri dari 5 Keresidenan, 18 Kabupaten (Regentscape) dan Kotapraja (Staads Gemeente), dimana Buitenzorg (Bogor) salah satu Staads Gemeente di Provinsi Jawa Barat di bentuk berdasarkan (Staatsblad 1905 No. 208 jo. Staatsblad 1926 No. 368), dengan prinsip Desentralisasi Modern, dimana kedudukan Burgermeester menjadi jelas.
Pada masa pendudukan Jepang kedudukan pemerintahan di Kota Bogor menjadi lemah karena pemerintahan dipusatkan pada tingkat keresidenan yang berkedudukan di Kota Bogor, pada masa ini nama-nama lembaga pemerintahan berubah namanya yaitu: Keresidenan menjadi Syoeoe, Kabupaten/Regenschaps menjadi Ken, Kota/Staads Gemeente menjadi Si, Kewedanaan menjadi/Distrik menjadi Gun, Kecamatan/Under Districk menjadi Soe dan desa menjadi Koe.
Pada masa setelah kemerdekaan, yaitu setelah pengakuan kedaulatan RI Pemerintahan di Kota Bogor namanya menjadi Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarakan Udang-undang Nomor 16 Tahun 1950.
Selanjutnya pada tahun 1957 nama pemerintahan berubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1957, kemudian dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 berubah kembali menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor.
Dengan diberlakukanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor. [4]
Geografis[sunting | sunting sumber]
Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 km.
Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]
| Utara | Kecamatan Kemang (Kabupaten Bogor) dan Kecamatan Bojong Gede (Kabupaten Bogor) |
| Timur | Kecamatan Sukaraja (Kabupaten Bogor) dan Kecamatan Ciawi (Kabupaten Bogor) |
| Selatan | Kecamatan Cijeruk (Kabupaten Bogor), Kecamatan Caringin (Kabupaten Bogor) dan Kecamatan Tamansari (Kabupaten Bogor) |
| Barat | Kecamatan Dramaga (Kabupaten Bogor) dan Kecamatan Ciomas (Kabupaten Bogor) |
Iklim[sunting | sunting sumber]
Seperti wilayah lain di Indonesia, Bogor memiliki iklim tropis dengan tipe Hutan Hujan Tropis. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26 °C dengan suhu terendah 21,8 °C dan suhu tertinggi 30,4 °C.
Kelembaban udara ≥70%, curah hujan rata-rata setiap tahun di Kota Bogor sangatlah tinggi, yaitu sekitar 3.500–4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Januari, karenanya Kota Bogor dijuluki sebagai "Kota Hujan".[5]
| sembunyiData iklim Bogor, Jawa Barat, Indonesia | |||||||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
| Rekor tertinggi °C (°F) | 34 (93) | 34 (93) | 33 (91) | 35 (95) | 34 (93) | 34 (93) | 34 (93) | 36 (97) | 37 (99) | 37 (99) | 36 (97) | 35 (95) | 37 (99) |
| Rata-rata tertinggi °C (°F) | 28.3 (82.9) | 28.5 (83.3) | 29.3 (84.7) | 30 (86) | 30.3 (86.5) | 30.2 (86.4) | 30.5 (86.9) | 30.9 (87.6) | 31.2 (88.2) | 30.7 (87.3) | 30.1 (86.2) | 29.6 (85.3) | 29.97 (85.94) |
| Rata-rata harian °C (°F) | 24.7 (76.5) | 24.6 (76.3) | 25 (77) | 25.5 (77.9) | 25.5 (77.9) | 25.2 (77.4) | 25.2 (77.4) | 25.3 (77.5) | 25.6 (78.1) | 25.4 (77.7) | 25.4 (77.7) | 25.4 (77.7) | 25.23 (77.43) |
| Rata-rata terendah °C (°F) | 21.1 (70) | 20.8 (69.4) | 20.7 (69.3) | 21 (70) | 20.8 (69.4) | 20.2 (68.4) | 19.9 (67.8) | 19.7 (67.5) | 20 (68) | 20.2 (68.4) | 20.7 (69.3) | 21.3 (70.3) | 20.53 (68.98) |
| Rekor terendah °C (°F) | 17 (63) | 17 (63) | 15 (59) | 16 (61) | 14 (57) | 12 (54) | 12 (54) | 13 (55) | 14 (57) | 15 (59) | 17 (63) | 16 (61) | 12 (54) |
| Presipitasi mm (inci) | 442 (17.4) | 378 (14.88) | 385 (15.16) | 428 (16.85) | 354 (13.94) | 225 (8.86) | 216 (8.5) | 240 (9.45) | 295 (11.61) | 390 (15.35) | 378 (14.88) | 355 (13.98) | 4.086 (160,86) |
| Rata-rata hari hujan | 26 | 22 | 23 | 24 | 20 | 13 | 11 | 15 | 17 | 19 | 21 | 22 | 233 |
| % kelembapan | 83 | 80 | 81 | 82 | 77 | 73 | 70 | 74 | 75 | 81 | 80 | 79 | 77.9 |
| Rata-rata sinar matahari bulanan | 136 | 154 | 197 | 240 | 260 | 250 | 287 | 290 | 256 | 248 | 196 | 145 | 2.659 |
| Sumber #1: Climate-Data.org[6] | |||||||||||||
| Sumber #2: Weatherbase[7] | |||||||||||||
Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Walikota[sunting | sunting sumber]
| No | Wali Kota | Awal menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Wakil Wali Kota | sembunyiRef. | ||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | R.Odang Prawiradirja | 1945 | 1946 | 1 | ||||
| 2 | M.Witjaksono Wirjodihardjo | 1947 | 1948 | 2 | ||||
| 3 | JJ. Penoch | 1948 | 1950 | 3 | ||||
| 4 | R. Djoekardi | 1950 | 1952 | 4 | ||||
| 5 | R.H.S.A Kartadjoemena | 1952 | 1956 | 5 | ||||
| 6 | Pramono Notosudiro | 1956 | 1959 | 6 | ||||
| 7 | Abdul Rachman | 1960 | 1961 | 7 | ||||
| 8 | Achmad Adnawidjaja | 1961 | 1965 | 8 | ||||
| 9 | Achmad Syam | 1965 | 1979 | 9 | ||||
| 10 | ||||||||
| 10 | Achmad Sobana | 1979 | 1984 | 11 | ||||
| 11 | Muhammad | 1984 | 1989 | 12 | ||||
| 12 | Drs. Suratman | 1989 | 1994 | 13 | ||||
| 13 | Eddy Gunardi | 1994 | 1999 | 14 | ||||
| 14 | Iswara Natanegara | 1999 | 2004 | 15 | ||||
| 15 | Diani Budiarto | 2004 | 2009 | 16 | M Sahid | |||
| 2009 | 2014 | 17 | Achmad Ru’yat | [8] | ||||
| 16 | Bima Arya Sugiarto | 7 April 2014 | 7 April 2019 | 18 | Usmar Hariman | |||
| 20 April 2019 | Petahana | 19 | Dedie Rachim | |||||
Walikota Bogor berkantor di Balai Kota Bogor yang menjadi pusat pemerintahan resmi Kota Bogor.
Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Bogor dalam tiga periode terakhir.
| Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||
|---|---|---|---|
| 2009–2014 | 2014–2019[9] | 2019–2024 | |
| PKB | 0 | ||
| Gerindra | (baru) 2 | ||
| PDI-P | 6 | ||
| Golkar | 6 | ||
| NasDem | (baru) 1 | ||
| PKS | 7 | ||
| PPP | 3 | ||
| PAN | 2 | ||
| Hanura | (baru) 3 | ||
| Demokrat | 15 | ||
| PBB | 1 | ||
| Jumlah Anggota | 45 | ||
| Jumlah Partai | 9 | ||
Kecamatan[sunting | sunting sumber]
Kota Bogor memiliki 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.005.012 jiwa dengan luas wilayah 118,50 km² dan sebaran penduduk 8.481 jiwa/km².[10][11]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Bogor, adalah sebagai berikut:
| Kode Kemendagri | Kecamatan | Jumlah Kelurahan | Daftar Kelurahan |
|---|---|---|---|
| 32.71.04 | Bogor Barat | 16 | |
| 32.71.01 | Bogor Selatan | 16 | |
| 32.71.03 | Bogor Tengah | 11 | |
| 32.71.02 | Bogor Timur | 6 | |
| 32.71.05 | Bogor Utara | 8 | |
| 32.71.06 | Tanah Sareal | 11 | |
| TOTAL | 68 |
Pariwisata[sunting | sunting sumber]
- Kebun Raya Bogor
- Istana Bogor
- Prasasti Batutulis
- Kantor Pos Bogor
- Cimahpar Integrated Conservation
- Taman Topi
- Taman Kencana
- Lapangan Sempur
- Situ Gede
Kuliner[sunting | sunting sumber]
Bogor memiliki beberapa makanan khas, antara lain:
- Soto Bogor
- Cungkring
- Doclang
- Gepuk Karuhun
- Ikan Balita
- Asinan Bogor
- Toge Goreng
- Roti Unyil
- Laksa Bogor
- Lapis Talas Bogor
Sementara, minuman yang khas antara lain Es Pala dan Bir Kocok.
Transportasi Umum[sunting | sunting sumber]
- KRL Commuter Line
- Red Line (C)
- Yellow Line (L)
- KA Pangrango
- LRT Jabodebek
- Trans Pakuan
- 3: Cidangiang - Mall Bellanova PP
- 3A: Cidangiang - Sentul City PP
- Layanan Bus Bandara Internasional Soekarno-Hatta
- DAMRI: Botani Square-Bandara Soekarno-Hatta
- Angkutan Kota Wilayah Kota Bogor dan beberapa rute menghubungkan wilayah Kabupaten Bogor menuju Terminal Bubulak.
Terminal[sunting | sunting sumber]
Selain itu, Kota Bogor dilalui oleh Jalur KA Manggarai-Padalarang.
Stasiun[sunting | sunting sumber]
Kota Bogor memiliki 1 stasiun KRL, 1 stasiun LRT dan 2 stasiun KA Pangrango yang masih beroperasi, diantaranya:
Selain itu, Kota Bogor juga memiliki 2 stasiun yang sudah berhenti beroperasi dikarenakan Vandalisme serta 1 stasiun KRL yang keadaannya mangrak dalam perencanaannya, yaitu:
Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Rumah Sakit[sunting | sunting sumber]
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)[sunting | sunting sumber]
- Puskesmas Cipaku
- Puskesmas Gang Aut
- Puskesmas Bogor Selatan
- Puskesmas Tanah Sereal
- Puskesmas Pondok Rumput
- Puskesmas Lawang Gintung
- Puskesmas Bondongan
- Puskesmas Kedung Badak
- Puskesmas Mekarwangi
- Puskesmas Warung Jambu
- Puskesmas Kayu Manis
- Puskesmas Bogor Utara
- Puskesmas Tegal Gundil
- Puskesmas Pulo Armyn
- Puskesmas Bogor Tengah
- Puskesmas Bogor Timur
- Puskesmas Sempur
- Puskesmas Merdeka
- Puskesmas Pancasan
- Puskesmas Semplak
- Puskesmas Gang Kelor
- Puskesmas Sindang Barang
- Puskesmas Pasir Mulya
- Puskesmas Mulyaharja
- Puskesmas Belong
Infrastruktur[sunting | sunting sumber]
Tempat Ibadah[sunting | sunting sumber]
- Masjid Agung At-Tohiriyah, Jl. Empang 1 No.1, RT.01/RW.02, Empang, Kec. Bogor Sel., Kota Bogor, Jawa Barat 16132
- Masjid Raya Kota Bogor, Jl. Raya Pajajaran, Baranangsiang, Kec. Bogor Timur
- Masjid Jami' Al-Juman Bogor, Jl. Pahlawan, Bondongan, Kec. Bogor Selatan
- Masjid Agung Bogor, Jl. Nyi Raja Permas, Cibogor, Kec. Bogor Tengah
- Gereja Batak Karo Protestan Bogor, Jl. Tumapel Ujung, Kedung Jaya, Kec. Tanah Sareal
- Gereja Methodist Jemaat Immanuel Bogor, Jl. Cincau, Gudang, Kec. Bogor Tengah
- Gereja Zebaoth Bogor, Jl. Ir. H. Juanda, Paledang, Kec. Bogor Tengah
- Gereja BMV Katedral Bogor, Jl. Kapten Muslihat, Paledang, Kec. Bogor Tengah
- Gereja Saint Fransiskus Asisi Bogor, Jl. Siliwangi, Bondongan, Kec. Bogor Selatan
- Gereja Kristen Indonesia Bogor, Jl. Pengadilan, Pabaton, Kec. Bogor Tengah
- Gereja Kristus Bogor, Jl. Siliwangi, Sukasari, Kec. Bogor Timur
- Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Bogor, Jl. Suryakencana, Gudang, Kec. Bogor Tengah
- Gereja HKBP Bogor, Jl. Paledang, Paledang, Kec. Bogor Tengah
- Gereja Bethel Bogor, Jl. Jenderal Sudirman, Sempur, Kec. Bogor Tengah
- Klenteng Hok Tek Bio Bogor, Jl. Otto Iskandardinata, Babakan Pasar, Kec. Bogor Tengah
Museum dan Perpustakaan[sunting | sunting sumber]
- Museum Etnobotani
- Museum Zoologi
- Museum Tanah
- Museum Pembela Tanah Air (PETA)
- Museum Perjuangan
- Herbarium Bogoriense
- Perpustakaan Kota Bogor
Pusat Perbelanjaan[sunting | sunting sumber]
- Bogor Indah Plaza
- Bogor Trade Mall
- Botani Square
- Lippo Plaza Ekalokasari
- Giant Taman Yasmin
- Lottemart Taman Yasmin
- Plaza Jambu Dua
- Citiplaza Bogor
- Ramayana Bogor Square
- Taman Topi Square
- The Jungle Mall
- Yogya Bogor Junction
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Kota Bogor memiliki sekitar 1.487 sekolah, 211.456 siswa, dan 13.292 guru.
Perguruan Tinggi[sunting | sunting sumber]
- Institut Pertanian Bogor
- Politeknik AKA Bogor|Politeknik Akademi Kimia Analisis
- Politeknik Kesehatan Bandung
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hidayah
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Karimiyah
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman (STAI Nurul Iman)
- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pandu Madaniyah
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Triguna
- Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Binaniaga
- Sekolah Tinggi Ilmu Komputer El-Rahma
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Albana
- Sekolah Tinggi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Bogor
- Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor
- Sekolah Tinggi Sandi Negara
- Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor
- Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Cakrawala
- Universitas Bina Sarana Informatika
- Universitas Djuanda
- Universitas Ibn Khaldun
- Universitas Muhammadiyah
- Universitas Nusa Bangsa
- Universitas Pakuan
- Universitas Terbuka

0 comments: